Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2011

cop3

997, pada Konferensi Para Pihak III (COP3), Kyoto, Jepang, konferensi Kyoto mengenai perubahan iklim terjadi. Di sana, negara-negara maju sepakat untuk target spesifik untuk memotong emisi gas rumah kaca mereka. Sebuah kerangka kerja umum didefinisikan untuk ini, dengan spesifik akan rinci selama beberapa tahun mendatang. Hal ini kemudian dikenal sebagai Protokol Kyoto. AS diusulkan untuk hanya menstabilkan emisi dan tidak memotong mereka sama sekali, sedangkan Uni Eropa menyerukan untuk menurunkan 15%. Pada akhirnya, ada trade off, dan negara-negara industri berkomitmen untuk pengurangan keseluruhan emisi gas rumah kaca menjadi 5,2% di bawah tingkat 1990 untuk periode 2008 - 2012. (Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim 1990 mengatakan dalam laporannya bahwa pengurangan 60% emisi diperlukan ...)

HASIL HUTAN NON KAYU

href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJunsxdZUvJ-FaQIVY4t2OEdl0rcbRWyQLdseJGKkZw-7yvjCYpDBhHZGx1JuIJUozpbWGmwzy2NVBygGzqKjm4nBRps7lua4OKkhNi9rKQXoev2WZl2bOWIXRC1QNaSVQLTGiVi8QEaA/s1600/91a.jpg"> PUJA HIRSAN MULYADI C1L 009 049 FORESTER POTENSI ROTAN SEBAGAI HHBK PROVINSI NTB Produksi hasil hutan bukan kayu yang paling dominan di Provinsi NTB adalah Rotan yaitu sebesar 414,83 ton. Produksi HHBK di Provinsi NTT didominasi oleh Asam, Kemiri, Madu, Sheetlak, Minyak Cendana, Rotan dan pinang, namun jumlahnya tidak diketahui secara pasti karena tidak adanya laporan dari Penerbit faktur HHBK, sedangkan produksi HHBK di Provinsi Bali tidak ada. Rotan dimanfaatkan oleh para pelaku industri lokal sebagai bahan dasar industri kerajinan/anyaman. Sentra industri kerajinan rotan banyak terdapat di Kabupaten Lombok Tengah. Rotan cepat tumbuh dan relatif mudah dipanen serta ditransprotasi. Ini dianggap membantu menjaga kelestarian hutan, kaerna orang l