BAB I
PENDAHULUAN
Latar
belakang
Hutan kota adalah ruang
terbuka yang ditumbuhi vegetasi berkayu di wilayah perkotaan. Hutan
kota memberikan manfaat lingkungan sebesar-besarnya kepada penduduk perkotaan,
dalam kegunaan-kegunaan proteksi, estetika, rekreasi dan kegunaan
khusus lainnya Ruang terbuka hijau kota merupakan bagian dari penataan ruang perkotaan yang berfungsi sebagai
kawasan lindung. Kawasan hijau kota terdiri atas pertamanan kota, kawasan
hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga,
kawasan hijau pekarangan. Ruang terbuka hijau diklasifikasi berdasarkan
status kawasan, bukan berdasarkan bentuk dan struktur vegetasinya. Program pembangunan yang
dilakukan oleh pemerintah selama ini tidak dapat disangkal memberikan dampak
yang luar biasa besar terutama terhadap kota – kota besar di Indonesia.
Perubahan yang signifikan dapat dilihat dari berbagai pembangunan infrastruktur
dalam satu dekade terakhir. Akan
tetapi pembangunan itu sendiri mempunyai efek samping yang tidak dapat
disangkal, yaitu kurangnya perhatian akan lingkungan. Akibatnya ruang terbuka
hijau tergusur demi alasan pembangunan. Akibatnya banyak dari kota – kota besar
yang kekurangan RTH khususnya hutan kota. Seiring dengan meningkatnya perhatian terhadap isu – isu lingkungan, RTH
dan hutan kota mulai mendapat perhatian serius. Apalagi masyarakat juga mulai
merasakan kebutuhan akan RTH dan hutan kota untuk lahan rekreasi maupun untuk
kebutuhan jasa lingkungannya.
BAB II
PERANAN HUTAN KOTA
PERANAN HUTAN KOTA
Salah satu upaya
yang dilakukan untuk mengembalikan kondisi lingkungan perkotaan yang rusak
adalah dengan pembangunan ruang terbuka hijau kota yang mampu memperbaiki
keseimbangan ekosistem kota. Upaya ini bisa dilakukan dengan cara membangun
hutan kota yang memiliki beranekaragam peranan atau manfaat. Peranan hutan kota diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Identitas Kota
Jenis
tanaman dapat dijadikan simbol atau lambang suatu kota yang dapat dikoleksi
pada areal hutan kota. Propinsi Sumatra Barat misalnya, flora yang dikembangkan
untuk tujuan tersebut di atas adalah Enau (Arenga pinnata) dengan 14
alasan pohon tersebut serba guna dan istilah pagar-ruyung menyiratkan makna
pagar enau. Jenis pilihan lainnya adalah kayu manis (Cinnamomum burmanii),
karena potensinya besar dan banyak diekspor dari daerah ini (Fandeli, 2004).
Nilai Estetika Komposisi vegetasi dengan strata yang bervariasi di lingkungan
kota akan menambah nilai keindahan kota tersebut. Bentuk tajuk yang bervariasi
dengan penempatan (pengaturan tata ruang) yang sesuai akan memberi kesan
keindahan tersendiri. Tajuk pohon juga berfungsi untuk memberi kesan lembut
pada bangunan di perkotaan yang cenderung bersifat kaku. Suatu studi yang
dilakukan atas keberadaan hutan kota terhadap nilai estetika adalah bahwa
masyarakat bersedia untuk membayar keberadaan hutan kota karena memberikan rasa
keindahan dan kenyamanan (Tyrväinen, 1998).
2.
Penyerap Karbondioksida (CO2)
Hutan
merupakan penyerap gas karbon dioksida yang cukup penting, selain dari fito-plankton,
ganggang dan rumput laut di samudera. Dengan berkurangnya kemampuan hutan dalam
menyerap gas ini sebagai akibat menyusutnya luasan hutan akibat perladangan,
pembalakan dan kebakaran, maka perlu dibangun hutan kota untuk membantu
mengatasi penurunan fungsi hutan tersebut. Cahaya matahari akan dimanfaatkan
oleh semua tumbuhan, baik hutan kota, hutan alami, tanaman pertanian dan
lainnya dalam proses fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah gas karbon
dioksida dengan air menjadi karbohidrat (C6H12O6) dan oksigen (O2). Proses
kimia pembentukan karbohidrat (C6H12O6) dan oksigen (O2) adalah 6 CO2 + 6 H2O +
Energi dan klorofil menjadi C6H12O6 + 6 O2. Proses fotosintesis sangat
bermanfaat bagi manusia. Pada proses fotosintesis dapat menyerap gas yang bila
konsentarasinya meningkat akan beracun bagi manusia dan hewan serta akan
mengakibatkan efek rumah kaca. Di lain pihak proses fotosintesis menghasilkan
gas oksigen yang sangat diperlukan oleh manusia dan hewan. Jenis tanaman yang
baik sebagai penyerap gas Karbondioksida (CO2) dan penghasil oksigen adalah
damar (Agathis alba), daun kupu-kupu (Bauhinia purpurea), lamtoro
gung (Leucaena leucocephala), akasia 15 (Acacia auriculiformis),
dan beringin (Ficus benjamina). Penyerapan karbon dioksida oleh hutan
kota dengan jumlah 10.000 pohon berumur 16-20 tahun mampu mengurangi karbon
dioksida sebanyak 800 ton per tahun (Simpson and McPherson, 1999).
3.
Pelestarian Air Tanah
Sistem
perakaran tanaman dan serasah yang berubah menjadi humus akan mengurangi
tingkat erosi, menurunkan aliran permukaan dan mempertahankan kondisi air tanah
di lingkungan sekitarnya. Pada musim hujan laju aliran permukaan dapat
dikendalikan oleh penutupan vegetasi yang rapat, sedangkan pada musim kemarau
potensi air tanah yang tersedia bisa memberikan manfaat bagi kehidupan di
lingkungan perkotaan. Hutan kota dengan luas minimal setengah hektar mampu
menahan aliran permukaan akibat hujan dan meresapkan air ke dalam tanah
sejumlah 10.219 m3 setiap tahun (Urban Forest Research, 2002).
4.
Penahan Angin
Hutan
kota berfungsi sebagai penahan angin yang mampu mengurangi kecepatan angin 75 -
80 %. Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam mendesain hutan kota untuk
menahan angin adalah sebagai berikut : Jenis tanaman yang ditanam adalah tanaman
yang memiliki dahan yang kuat, Daunnya tidak mudah gugur oleh terpaan angin
dengan kecepatan sedang, Memiliki jenis perakaran dalam., Memiliki kerapatan
yang cukup (50 - 60 %) , Tinggi dan lebar jalur hutan kota cukup besar,
sehingga dapat melindungi wilayah yang diinginkan.
Penanaman
pohon yang selalu hijau sepanjang tahun berguna sebagai penahan angin pada
musim dingin, sehingga pada akhirnya dapat menghemat energi sampai dengan 50
persen energi yang digunakan untuk penghangat ruangan pada pemakaian sebuah
rumah. Pada musim panas 16 pohon-pohon akan menahan sinar matahari dan
memberikan kesejukan di dalam ruangan (Forest Service Publications. Trees save energy, 2003).
5.
Ameliorasi Iklim
Hutan
kota dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan untuk menurunkan suhu
pada waktu siang hari dan sebaliknya pada malam hari dapat lebih hangat karena
tajuk pohon dapat menahan radiasi balik (reradiasi) dari bumi. Jumlah pantulan
radiasi matahari suatu hutan sangat dipengaruhi oleh panjang gelombang, jenis
tanaman, umur tanaman, posisi jatuhnya sinar matahari, keadaan cuaca dan posisi
lintang. Suhu udara pada daerah berhutan lebih nyaman daripada daerah yang
tidak ditumbuhi oleh tanaman. Selain suhu, unsur iklim mikro lain yang diatur
oleh hutan kota adalah kelembaban. Pohon dapat memberikan kesejukan pada
daerah-daerah kota yang panas (heat island) akibat pantulan panas
matahari yang berasal dari gedung-gedung, aspal dan baja. Daerah ini akan
menghasilkan suhu udara 3-10 derajat lebih tinggi dibandingkan dengan daerah
pedesaan. Penanaman pohon pada suatu areal akan mengurangi temperatur atmosfer
pada wilayah yang panas tersebut (Forest Service Publications, 2003. Trees
Modify Local Climate, 2003).
6.
Habitat Hidupan Liar
Hutan
kota bisa berfungsi sebagai habitat berbagai jenis hidupan liar dengan
keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Hutan kota merupakan tempat
perlindungan dan penyedia nutrisi bagi beberapa jenis satwa terutama burung,
mamalia kecil dan serangga. Hutan kota dapat menciptakan lingkungan alami dan
keanekaragaman tumbuhan dapat menciptakan ekosistem lokal yang akan menyediakan
tempat dan makanan untuk burung dan binatang lainnya (Forest Service
Publications, 2003. Trees Reduce Noise Pollution and Create Wildlife and
Plant Diversity, 2003). Produksi Terbatas atau Manfaat Ekonomi Manfaat
hutan kota dalam aspek ekonomi bisa diperoleh secara langsung maupun tidak
langsung. Secara langsung, manfaat ekonomi hutan kota diperoleh dari penjualan
atau penggunaan hasil hutan kota berupa kayu bakar maupun kayu perkakas.
Penanaman jenis tanaman hutan kota yang bisa menghasilkan biji, buah 17 atau
bunga dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan oleh masyarakat untuk
meningkatkan taraf gizi, kesehatan dan penghasilan masyarakat. Buah kenari
selain untuk dikonsumsi juga dapat dimanfaatkan untuk kerajinan tangan. Bunga
tanjung dapat diambil bunganya. Buah sawo, pala, kelengkeng, duku, asam,
menteng dan lain-lain dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan
gizi dan kesehatan masyarakat kota. Sedangkan secara tidak langsung, manfaat
ekonomi hutan kota berupa perlindungan terhadap angin serta fungsi hutan kota
sebagai perindang, menambah kenyamanan masyarakat kota dan meningkatkan nilai
estetika lingkungan kota. (Fandeli, 2004). Hutan kota dapat meningkatkan
stabilitas ekonomi masyarakat dengan cara menarik minat wisatawan dan
peluang-peluang bisnis lainnya, orang-orang akan menikmati kehidupan dan
berbelanja dengan waktu yang lebih lama di sepanjang jalur hijau, kantor-kantor
dan apartemen di areal yang berpohon akan disewakan serta banyak orang yang
akan menginap dengan harga yang lebih tinggi dan jangka waktu yang lama,
kegiatan dilakukan pada perkantoran yang mempunyai banyak pepohonan akan
memberikan produktifitas yang tinggi kepada para pekerja (Forest Service
Publications, 2003. Trees Increase Economic Stability, 2003)
Salah satu komponen
yang penting dalam konsep tata ruang adalah menetapkan dan mengaktifkan jalur
hijau dan hutan kota. Selain itu jenis pohon yang ditanam perlu menjadi
pertimbangan, karena setiap jenis tanaman mempunyai kemampuan menjerap yang
berbeda-beda (Gusmailina, 1996). Vegetasi juga mempunyai peranan yang besar
dalam ekosistem, apalagi jika kita mengamati pembangunan yang meningkat di perkotaan
yang sering kali tidak menghiraukan kehadiran lahan untuk vegetasi. Vegetasi
ini sangat berguna dalam produksi oksigen yang diperlukan manusia untuk proses
respirasi (pernafasan), serta untuk mengurangi keberadaan gas karbon dioksida
yang semakin banyak di udara akibat kendaraan bermotor dan industri (Irwan,
1992). Penyerapan karbon dioksida oleh hutan kota dengan jumlah 10.000
pohon berumur 16-20 tahun mampu
mengurangi karbon dioksida sebanyak 800 ton per tahun (Simpson dan McPherson,
1999). Penanaman pohon menghasilkan absorbsi karbon dioksida dari udara dan
penyimpanan karbon, sampai karbon dilepaskan kembali akibat vegetasi tersebut
busuk atau dibakar. Hal ini disebabkan karena pada hutan yang dikelola dan
ditanam akan menyebabkan terjadinya penyerapan karbon dari atmosfir, kemudian
sebagian kecil biomassanya dipanen dan atau masuk dalam kondisi masak tebang
atau mengalami pembusukan (IPCC, 1995). Untuk mengetahui seberapa besar emisi
karbon dioksida yang dihasilkan dari aktivitas kota, maka dilakukan pendekatan
penghitungan emisi karbon dioksida. Faktor emisi adalah nilai yang digunakan
untuk mendapatkan berat karbon dioksida berdasarkan besaran-besaran yang
dinilai, misalnya konsumsi listrik, minyak tanah, premium, solar dan
sebagainya. Faktor emisi untuk perhitungan karbon dioksida dalam penelitian ini
diperoleh melalui studi literatur.
BAB III
KONDISI HUTAN KOTA MATARAM
KONDISI HUTAN KOTA MATARAM
Ruang
terbuka hijau di sekitar kawasan perkotaan yang semakin berkurang akan
menyebabkan meningkatkan konsentrasi karbondioksida dan menurunnya konsentrasi
oksigen di udara. Agar kondisi tersebut tidak terjadi atau setidaknya dapat
terimbangi maka diperlukan luasan ruang terbuka hijau yang cukup agar jumlah
vegetasi penyerap karbon sebanding dengan jumlah zat- zat pencemar udara
sehingga kualitas lingkungan tetap terjaga dengan baik.
Tanah
pecatu seluas 40 hektare yang selama ini dikelola kepala lingkungan di Kota
Mataram, Nusa Tenggara Barat, akan dijadikan hutan kota. Pemerintah Kota
Mataram untuk menghijaukan tanah pecatu tersebut bekerja sama dengan pondok
pesantren. Puluhan hektare lahan bekas tanah pecatu tersebut akan ditanami
berbagai jenis kayu yang cepat menghasilkan seperti sengon, mahoni dan akasia.
Berlokasi di Taman Bumi Gora di Jalan Udayana Mataram.
Taman
tersebut juga dapat membantu mengatasi penganguran karena Pemkot Mataram
membuka ruang terbuka hijau yang dapat dijadikan lokasi berjualan untuk
pedagang kaki lima. Lokasi berjualan di Jalan Udayana saat ini menampung 426
pedagang yang tidak hanya datang dari Kota Mataram tetapi juga dari Narmada,
Lombok Barat.
BAB IV
SOLUSI HUTAN KOTA
Hutan kota
dapat memberikan kenyamanan dan kenikmatan kepada. Apalagi bila kita dapat
mengembangkan dan membangun hutan kota yang berstruktur, dengan keanekaragam
jenis tumbuh-tumbuhan dan jumlah yang banyak serta ditata dengan baik.
Diharapkan hutan kota dapat memenuhi tingkat kenyamanan yang dikehendaki,
karena hutan kota dapat memodifikasi iklim mikro. Hutan kota yang berstrata
banyak memberikan lingkungan sekitarnya relatif lebih nyaman daripada yang
berstrata dua, dan di dalam hutan akan kita rasakan lingkungannya lebih nyaman
dibandingkan dengan di luar hutan kota. Jangan lupa bahwa yang paling penting
kita perlu menanam jenis-jenis khas daerah sehingga hutan kotanya akan
mempunyai ciri spesifik, mungkin tiap daerah sudah menetukan maskot jenis
tanaman. Jangan lupa peran perempuan dalam pengelolaan lingkungan sangat
dominan, oleh karena itu dalam semua kesempatan perempuan perlu diikutkan
DAFTAR PUSTAKA
Budihardjo,
1993.Hutan Kota .UPT
Mataram University Press.Mataram
Irwan, 1997.Pengertian Dan Konsep Hutan Kota. Bina Aksara. Jakarta
http:///ms.wikipedia.org/ wiki/udara)
Komentar
Posting Komentar